Selasa, 05 April 2011

Mikrobiologi

ISOLASI DAN PEMBIAKAN MIKROBA
DASAR TEORI
Untuk memperhatikan hasil isolasi mikroorganisme yang diinginkan dari habitatnya, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut (Sastrahidayat, 1994):
·         Keadaan bahan penyakit
·         Sebelum diisolasi dilakukan disinfetasi permukaan untuk mengurangi kontaminasi. Beberapa bahan yang digunakan adalah HgCl2, C4ClO, dan AgNO3.
·         Suhu yang di gunakan selama inkubasi harus diperhatikan
·         Medium yang digunakan
Ruang tempat inokulasi itu kecil, bersih dan bebas dingin. Pada waktu melaksanakan inokulasi, meja tempat inokulasi didasari dengan kain basah. Pemindahan dengan kawat inokulasi dari pltina atau dai nikrom, ujung boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter 1-3 mm. setelah pengambilan inokulasi selesai, mulut tabung dipanasi kemudian disumbat kemudian digesekan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, tujuannya membuat suatu sediaan. Medium diletakan terbalik untuk menghindari tetesnya air yang melekat pada dinding dalam tutup cawan, sehingga bakteri yang diinokulasikan dapat dapat menyebar luas ke seluruh permukaan medium. Bakteri yang aerob maupun anaerob dapat tumbuh dan banyaknya koloni mudah dihitung.
Pembiakan mikroba juga dapat dilakukan dengan pengenceran yaitu macam species diencerkan dalam satu tabung tersendiri kemudian diambil untuk diencerkan lagi, dari enceran kedua diambil untuk diencerkan lebih lanjut. Selanjutnya disebarkan pada medium padat, dan akan mendapatkan beberapa koloni tumbuh dalam medium (Dwijoseputro, 1998).
SIFAT-SIFAT SEL KAPANG
Kapang adalah sejenis jamur dimana sangat membantu sekali pada proses pembuatan tempe. Kapang yang digunakan adalah kapang jenis rhizopus. Pada kapang tidak dijumpai adanya hifa dan spora (anonymous, 2004).
Kapang ada yang mempunyai sifat mikoparasit, yaitu kemampuan untuk parasit bagi kapang lain. Sifat ini dimanfaatkan sebagai agen biokantral terhadap jenis-jenis kapang fitoplatogen, kapang ini bernama trichoderma harzianam (Diliello, 2002).
Kapang sangat membantu dalam proses pembuatan tempe, kapang yang digunakan antar lain Rhizopus Oligisporius, Rhizopus Arrhizus dan Rhizopus stolonifer. Kapang dalam tempe mampu mencerna matriks antara sel-sel biji kedelai. Sementara enzim yang dihasilkan kapang selama fermentasi menimbulkan perubahan pada protein, lemak, dan karbohidrat (Stanier,2001).
Semua kapang bersifat aerobic yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kapang tumbuh pada kisaran pH 2-8,5 tapi pertumbuhannya akan lebih baik pada asam atau pH rendah. Kapang memproduksi enzim hidrolik. Misalnya amylase, pektinase, proteinase, dan lipase. Oleh karena itu, dapat tumbuh pada makanan-makanan yang mengandung pati, pectin, protein dan lipid. Kapang mengeluarkan kamponen yang dapat menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotic misalnya penisilin yang diproduksi oleh penicillium chrysagenum dan clavosin yang diproduksi oleh Aspergillus Clavatus ( Fardias, 1992).
KUANTITASI MIKROORGANISME
DASAR TEORI
Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan pada lempengan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sample bisa di katakana murni.(Dilliello, 2002)
Terkadang untuk menghitung kuantitas mikroorganisme pada sample dapat di uji dengan cara menghitung jumlah koloni pada agar. Agar lempengan yang telah ditetapkan, disingkat jumlah penjumlahan pada lempengan (Standart plate count). (Dwisaputro, 2002)
Standart plate count (perhitunngan jumlah pada lempengan) sangat berguna dalam hal mengetahui kuantitas mikroorganisme pada suatu tempat atau sampel sehingga bisa di ketahui apakah sampel tersebut murni atau tidak murni. (Stanier, 2001)
Perhitungan koloni:
Pour plate : 1 × ∑ koloni
Faktor pengencer
Spread plate : 1 × 10 × ∑ koloni
Faktor pengencer
Standart plate count : 30 – 300 koloni
Syarat :
·         Jika kurang dari 2 : Dipakai pengencer terbesar
·         Jika lebih dari 2 : Dipakai rata-rata
Perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara decimal. Semakin tinggi jumlah mikroba yang terdapat di dalam sample, semakin tinggi pengenceran yang harus dilakukan. (Fardius, 1992)
Untuk melaporkan suatu hasil analisis mikrobiologi digunakan suatu standart yang disebut “Standart Plate Count (SPC)” menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni. Cara menghitung jumlah koloni pada cawan adalah sebagai berikut (Fardius, 1992):
·         Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 – 300
·         Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloni diragukan, dapat dihitung sebagai koloni.
·         Suatu deretan (rantai) yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
Data yang dilaporkan sebagai SPC harus mengikuti peraturan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angaka pertama di depan koma dan angka ke dua dibelakang koma. Jika semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni, hanya jumlah koloni yang terendah yang dihitung. Jika semua pengenceran menghasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan Petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. (Fardius, 1992)