Selasa, 05 April 2011

GASTROSKISIS

Gastroskisis adalah situasi yang muncul lantaran kegagalan pembentukan organ pencernaan semasa janin masih di dalam kandungan. Rongga perut terlalu sempit serta ada jendela terbuka di kanan pusar janin-panjang celah sekitar 3 sentimeter-yang membuat usus terburai keluar. Sebagian usus, terkadang juga separuh lambung, yang terjuntai jadi terendam air ketuban di rahim sang ibu
Bayi yang seperti itu  memiliki kelainan conginetal, yakni kelainan bawaan sejak lahir akibat kelainan kromosom, yang seringkali terjadi pada hubungan sedarah. Karenanya pula sebagai antisipasi agar tidak ada kasus serupa, hubungan atau perkawinan dengan orangorang yang masih ada hubungan darah atau keluarga sangat dilarang.
Untuk mengoperasi bayi yang mempunyai kelainan seperti itu, bisa dioperasi, namun biaya operasi cukup, sekitar Rp750 juta hingga Rpl miliar. Dari berbagai artikel yang saya baca tidak ada penjelasan tentang perut buatan hanya bayi dioperasi secara garis besar. Bayi seperti ini tak sanggup bertahan lama, paling banter hanya dua minggu. Tapi menurut saya bayi yang mempunyai kelainan seperti itu tidak bisa digantikan oleh perut buatan, karena penyakit ini tidak hanya memperbaiki dinding perutnya juga tapi memperbaiki organ internalnya juga. Karena pada saat operasi dokter hanya memasukan dan menempatkan lagi bagian organ dalam yang berada diluar dan sebelum terjadi operasi, bayi tersebut perutnya hanya ditutup kasa dan mengisolasi bayi di incubator, untuk menghindari kontak langsung dengan orang luar. Kondisi bayi seperti itu sangat rentan serangan penyakit. Secara umum kondisi bayi yang baru lahir memang lemah. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dibahas sedikit masalah  proses operasi dan apa yang harus dilakukan apabila kita menemukan kelainan seperti iti dan cara antisifasinya.
Sejauh ini para ahli belum mengetahui penyebab kekacauan organogenesis (pembentukan organ) pencernaan ini. Mungkin saja sang ibu mengonsumsi obat atau jamu yang berlebihan semasa trimester pertama kehamilan. Ada pula dugaan bahwa usia ibu yang terlalu belia turut mempengaruhi munculnya gastroskisis. Tapi semua dugaan ini pun belum mendapatkan landasan bukti kukuh.
Pertanda gastroskisis,  bisa dideteksi dengan alat ultrasound sejak kehamilan berusia 14 minggu. Alat ultrasound ini juga sanggup mendeteksi ukuran celah dinding perut yang akan terjadi dan seberapa banyak usus yang akan terburai keluar. Begitu seorang ibu dipastikan mengandung bayi gastroskisis, pemeriksaan rutin dan intensif amat dibutuhkan. Sorotan terutama ditujukan untuk melihat apakah paru-paru si bayi berkembang normal. Jika paru-paru relatif normal, pada kehamilan 36 minggu, dokter segera bersiap melakukan operasi bedah caesar. Proses persalinan biasa tidak dianjurkan karena risiko adanya infeksi kuman saat bayi melewati jalur pintu lahir normal. Langkah pertama, bayi dibungkus dengan plastik silikon atau kertas timah untuk mencegah penguapan cairan dari bagian tubuh yang terbuka. Kemudian, dalam rentang 12 sampai 24 jam, operasi mutlak dilakukan. Tak boleh buang waktu, apalagi sampai mengulur tiga hari seperti yang dialami Gisela. Ketika operasi usai, pemantauan kondisi bayi tak boleh surut. Berbagai kelainan, misalnya kekurangan vitamin dan mineral, pencernaan tak normal, dan kesulitan bernapas harus diantisipasi dengan baik agar si bayi sangup melewati masa kritis. Menurut catatan James Glasser, ahli bedah anak di University of Southern Carolina, AS, penanganan pasca-operasi yang baik saat ini telah menggenjot kesempatan hidup bayi gastroskisis sampai 90 persen. Sebagai perbandingan, pada 1960-an, harapan hidup bagi mereka hanya sampai 60 persen. Persoalannya, untuk bayi gastroskisis, melampaui masa kritis saja belum cukup. Sepanjang hidup, dan bila sanggup mencapai dewasa, mereka tak boleh jauh dari pusat perawatan medis. Setiap saat mereka bisa menuai problem kesehatan yang serius. Maklum, organ internalnya sudah tak sempurna sedari awal.