Minggu, 07 November 2010

TRICOMONAS VAGINALIS

Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen yang umumya ditemukan pada saluran genitourania manusia. Penularan biasanya melalui hubungan kelamin, organisme ini dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non gonore pada pria.
Pada tahun 1836 Donne menemukan Trichomonas Vaginalis merupakan patogen urogenital penting yang dapat menular secara seksual. Azomcyin (2 nitromidazol) yang ditemukan oleh Nakamura (1955) mempunyai efek trikimoniasida, sehingga disentesis secara kimia, salah satunya adalah hydroxyethyl, methyl, dan nitromidasol, sekarang dikenal sebagai metronidasol, diketahui memiliki aktivitas tinggi secara in vitro terhadap Trichomonas Vaginalis. metrinidasol mempunyai spektrum yang luas terhadap protozoa dan sebagai anti mikroba.
 Sejak tahun 1958, metronidazol sudah dikenal di seluruh dunia sebagai kemoterapi untuk Trichomonas vaginalis. Baru-baru ini dilaporkan beberapa kasus kegagalan pengobatan ulang dengan metronidazol yang menandakan adanya strain dengan resistensi tinggi. Kurangnya pengobatan alternatif untuk infeksi Trichomonas vaginalis yang resisten terhadap metronidazol menyebabkan peningkatan dosis dan usaha untuk lebih mengetahui farmakodinamik pada penggunaan nitroimidazol.
Peningkatan risiko terkena trikomoniasis terdapat pada individu yang mempunyai pasangan seksual yang banyak, higiene yang buruk dan sosial ekonomi yang rendah.
II.1    TAKSONOMI
Trichomonas vaginalis, merupakan protozoa dari super class Mastigophora, class Zoomastigophora, ordo Trichomonadina, dan famili Trichomonadidae. Famili Trichomonadidae ini kemudian oleh Honigbreg dibagi menjadi Subfamili Trichomonadinae (dengan genus Trichomonas dan Pentatrichomonas) dan Trichomonadinae)
   
II.2    SEJARAH DAN PENYEBARAN

Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita. Penyebab terjadinya keputihan pada wanita. Biasa disebut leukorrhoe atau flour albus.
II.3    MORFOLOGI :
·       Mempunyai ukuran antara 15 - 20 mikron x 10 mikron
·       Tidak berwarna dan bentuknya cuboid
·  Sitoplasmanya bergranula dimana granula tersebut pada umumnya terletak di sekitar custa dan axostyle
·  Membran bergelombang berakhir pada pertengahan tubuh, jadi tidak mempunyai flagela bebas
·       Sitostoma tidak ada
·       Habitat pada vagina bagian atas serta prostat dan seki¬tarnya
·       Makanannya adalah kuman-kuman, sel-sel vagina dsb
·       Trichomonas Vaginalis hanya dapat hidup pada pH > 5,5 - 7,5
II.4    BIOLOGI
Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.
II.5    PERMASALAHAN
Prevalensi Trichomonas vaginalis sebesar 5-10% pada populasi umum wanita, 50-60% pada wanita penghuni penjara dan pekerja seks komersial. Pada wanita yang mempunyai keluhan pada vagina, prevalensi Trichomonas vaginalis antara 18-50%; dan pada 30-50% wanita dengan gonore juga ditemukan infeksi Trichomonas vaginalis. Prevalensi infeksi Trichomonas vaginalis pada pria yang mengunjungi klinik penyakit menular seksual sebanyak 6%. Infeksi Trichomonas vaginalis pada pria selalu dihubungkan dengan uretritis non gonore, dengan prevalensi antara 1-68%.
Pada skrining serologis yang dilakukan pada orang-orang yang terlihat sehat di rumah sakit, diperkirakan sebanyak dari seluruh wanita mengidap agen ini selama masa aktif seksualnya. Trichomonas vaginalis ditemukan pada lebih dari 30% saluran urogenital pria yang pasangan wanitanya terinfeksi Trichomonas vaginalis.
Di Eropa Timur infeksi Tricomonas vaginalis sekurang-kurangnya 25% ditemukan pada kasus uretritis non gonore. Di Zimbabwe 5,5% infeksi Trichomonas vaginalis terjadi pada pria dan 10-50% infeksi Trichomonas vaginalis pada wanita bersifat asimtomatik. Di Lods, Polandia, pada pemeriksaan urin penderita pria dengan usia 18-60 tahun ditemukan 1,74% terinfeksi Trichomonas vaginalis sedangkan pada wanita usia 18-60 tahun ditemukan 10,67%. Di Inggris Barat, 5,3% wanita yang datang ke klinik ginekologi terinfeksi Trichomonas vaginalis dan 21,3% penderita yang datang ke bagian penyakit menular seksual mengandung organisme ini. Di Amerika, pada 465 pekerja asuransi didapatkan 6,3% wanita yang menikah dari 1,4% wanita tidak menikah mengidap Trichomonas vaginalis. Sebagian besar pekerja seks komersial atau pengguna obat (70%) mempunyai Trichomonas vaginalis. Pada wanita kulit hitam diperkirakan 2-8 kali lebih banyak ditemu-kan Trichomonas vaginalis dibandingkan wanita kulit putih.
Infeksi paling sering terjadi pada dekade II dan III, tetapi dapat terjadi pada setiap umur dan pernah dilaporkan hampir 17% bayi usia 1 hari ­ 11 bulan telah terinfeksi Trichomonas vaginalis.

II.6    DESKRIPSI PENYAKIT
Trikomonas adalah suatu organisme eukaryotik yang termasuk kelompok mastigophora, mempunyai flagel, dengan ordo trichomonadida. Terdapat lebih dari 100 spesies, sebagian besar trichomonas merupakan organisme komensal pada usus mamalia dan burung. Terdapat 3 spesies yang sering ditemukan pada manusia yaitu Trichomonas vaginalis yang merupakan parasit pada saluran genitourianaria, Trichomonas tenax dan Pentatrichomonas hominis merupa-kan trichomonas non patogen yang ditemukan di rongga mulut untuk Trichomonas tenax dan usus besar untuk Pentatrichomonas hominis.
Nama Trichomonas vaginalis sebenarnya salah, karena juga ditemukan di uretra wanita dan tidak jarang ditemukan di uretra pria. Organisme ini berbentuk oval atau fusiformi, atau seperti buah pir dengan panjang rata-rata 15 mm dengan tanda khas selalu berpindah tempat. Intinya terletak anterior, antara inti dan permukaan ujung yang lebih luas terdapat 1 atau lebih struktur yang membulat yang disebut blepharoplasts dan dari tempat inilah keluar keempat flagel. Flagel kelima berbentuk membran bergelombang yang berasal dari kompleks kinetosomal dan terbentang sepanjang setengah dari organisme ini. Pergerakannya dengan kedutan yang didorong oleh keempat flagel anterior, kecepatan dan aktivitas hentakannya yang khas menyebabkan organisme ini mudah diidentifikasi pada sediaan segar.
Tricomonas vaginalis tumbuh di lingkungan yang basah dengan suhu 35-37º C dengan pH antara 4,9-7,5. Trichomonas vaginalis tidak menyerang jaringan di sebelah bawah dinding vagina, ia hanya ada di rongga vagina; sangat jarang ditemui di tempat lain. Lingkungan vagina sangat disukai oleh organisme ini. Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang pada rongga vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymorphonuclear (PMN). Trichomonas vaginalis dan ekstraknya dapat merangsang kemotaktik sel lekosit PMN, yang mungkin mempengaruhi perkembangan gejalanya. Mekanisme lengkap penghancuran sel epitel vagina yang diserang oleh Trichomonas vaginalis belum diketahui dengan pasti.
Terdapat 3 kemungkinan untuk timbulnya spektrum klinis yang luas pada penyakit ini:
1.      Terdapat variasi virulensi intrinsik di antara strain trichomonas yang berbeda.
2.      Perbedaan kerentanan epitel vagina di antara penderita dan juga pada penderita yang sama pada waktu yang lama.
3.       Terdapat perbedaan lingkungan mikro vagina yang mempengaruhi gejala klinisnya.
Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasanya tidak ditemukan. Hal ini berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja.
Cara menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran urogenital pria belum diketahui pasti, tetapi mungkin organisme hilang secara mekanik pada waktu buang air kecil dan adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan cepat membunuh trichomonas.
II.7    CARA PENULARAN PENYAKIT
Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual meskipun maíz diperdebatkan. Trichomonas vaginalis dapat hidup pada obyek yang basah selama 45 menit pada kloset duduk, kain lap pencuci badan, baju, air mandi dan cairan tubuh. Penularan perinatal terjadi kira-kira 5% dari ibu yang terinfeksitetapi biasanya sembuh sendiri dengan metabolisme yang progresif dari hormon ibu. Infeksi Trichomonas vaginalis mempunyai masa inkubasi selama 4-21 hari.
Vaginitis karena protozoa trikomoniasi atau trichomonas vaginalis merupakan penyebab ketiga terbanyak dari vaginitis. penyakit ini mengenai 180 juta perempuan di seluruh duni, dan sekitar 10 sampai 25% wanita terkena infeksi ini. Saat ini angka penderita ini terus meningkat kebanyakan di negara-negara industri.
Penggunaan IUD (spiral), merokok dan pasangan seksual lebih dari satu merupakan faktor resiko trichomoniasis, sekitar 20-25% dari perempuan dengan trichomoniasis tidak mengalami gejala apapun, namun biasanya vagina terasa gatal mengeluarkan bau busuk, bernanah, dan ada busa. Trichomoniaisis mungkin berhubungan dengan ketuban pecah ini dan kelahiran prematur. Pasangan seksual harus diobati dan diberi serta dianjurkan agar tidak melakukan sampai sembuh.
II.8    GEJALA KLINIS
Pada wanita
a.    Vaginitis
Adanya duh tubuh vagina yang encer berwarna kuning kehijauan dan purulen merupakan gambaran yang karakteristik untuk vaginitis trichomonal. Bau vagina yang abnormal, pruritus, vulva yang kemerahan dan membengkak, petechiae pungtata pada serviks (strawberry cervix). Lebih dari setengah wanita yang terinfeksi mempunyai gejala klinis, difus, ekskoriasi pada bagian dalam paha. Penderita mungkin juga mengeluh disparenia dan pada waktu pemasangan spekulum terasa sakit serta edema vestibulum dan labia minor mungkin ditemukan.
Uretritis
Kira-kira setengah kasus vaginitis trikomonalis juga mengenai uretra. Keadaan ini mungkin asimtomatik atau menyebabkan disuria.
b.    Skenitis dan bartolinitis
Skenitis dan bartolinitis dengan pembentukan abses mungkin berhubungan dengan trikomoniasis dan kadang-kadang Trichomonas vaginalis dapat diisolasi dari sekreti organ ini, infeksi kedua kelenjar ini sangat jarang terjadi.



Pada pria
Penemuan secara langsung Trichomonas vaginalis dengan menggunakan mikroskop sukar pada genitalia pria atau sampel urin. Sebagian besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Bila bergejala kebanyakan berupa duh tubuh uretra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecilsehingga memberikan gejala sebagai uretritis non gonore. Diagnosis dibuat dengan menemukan organisme ini pada duh tubuh uretra dengan hapusan atau kultur atau keduanya.
II.9    DIAGNOSIS LABORATORIUM
Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah, sebab gambaran klinis rikomoniasis tidak dapat dipercaya sebagai petunjuk diagnosis, karena kurang sensitif dan spesifik. Diagnosis efektif trikomoniasis tergantung pada identifikasi organismenya. Spesimen dari uretra jarang digunakan bila dibandingkan yang berasal dari vagina.
v  Pemeriksaan mikroskop secara langsung
Dengan sediaan basah dapat ditemukan protozoa dengan 4-5 flagel dan ukuran 10-20 µm yang motil. Pada wanita metode ini mempunyai sensitifitas 50-70% dan spesimen harus diambil dari vagina karena agen penyebab hanya menyerang epitel skuamosa. Pada pria cara penemuan Trichomonas vaginalis tidak selalu berhasil dan Trichomonas vaginalis dapat dideteksi dengan menggunakan sedimen urin. Cara lain menggunakan pewarnaan Gram, Giemsa, Papanicolaou, Periodic acid schiff, Acridine orange, Fluorescein, Neutral red dan Imunoperoxidase.
v  Kultur
Teknik kultur menggunakan berbagai cairan dan media semi solid yang merupakan baku emas untuk diagnosis. Biasanya dengan menggunakan medium Feinberg-Whittington memberikan hasil yang dapat dipercaya. Teknik kultur ini mempunyai sensitifitas kira-ira 97%.


v  Metode serologi
Beberapa studi mengatakan bahwa uji serologis kurang sensitif daripada kultur atau pemeriksaan sediaan basah. Pada metode serologi ini dapat digunakan teknik ELISA, tes latex agglutination yang menggunakan antibodi poliklonal. Antigen detection immunoassay yang menggunakan antibodi monoklonal dan nucleic acid base test.
II.10  STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT
v  Hindari menggunakan pencuci vagina dengan semprot vagina (spray)
v  Kenakan pakaian dalam dari katun agar mudah menyerap kelembaban, dan sirkulasi udara di sekitar vagina terjaga. Pakaian yang tidak menyerap keringat akan menciptakan suasana di vagina menjadi lembab dan tentu saja merangasang pertumbuhan bakteri yang merugikan.
v  Meski penampilan terlihat seksi tapi sebisa mungkin hindari celana panjang super ketat karena dapat menimbulkan rasa hangat dan lembab.
v  Ganti pembalut sesering mungkin jika sedang mengalami haid.
v  Setia dan jangan berganti-ganti pasangan untuk mencegah infeksi timbul kembali.
v  Jaga kebersihan vagina baik sebelum dan sesudah behubungan seks.
v  Membasuh vagina dengan bersih setiap kali membuang air besar dan keringkan dengan tisu.
v  Setelah buang air besar, bilaslah dengan air dari arah depan ke belakang. Cara ini dapat mencegah penyebaran bakteri dari arah anus ke vagina.
v  Jaga Organ intim tetap bersih dan kering.
v  Jaga berat badan ideal, karena kegemukan dapat membuat paha tertutup rapat dan membuat lingkungan vagina lembab akibat kurang sirkulasi.
v  Mengkonsumsi makanan sehat bergizi, jangan terlalu banyak mengandung gula dan tepung karena dapat mempercepat pertumbuhan bakteri merugikan.
v  Hindari stress karena daya tahan tubuh bisa menurun dan dapat mengundang infeksi.
v  Jangan lupa olahraga teratur agar kekebalan tubuh terjaga.
v  Selalu jaga kebersihan vagina anda, terutama jika bulu vagina anda terlampau tebal bisa dijadikan tempat bersembunyinya kuman. Oleh karena itu jangan lupa untuk megguntingnya.
v  Perhatikan air di dalam kamar mandi anda bersih atau tidak, karena keputihan juga bisa di sebabkan lewat air yang tidak bersih.
II.11  PENGOBATAN
Pengobatan trikomoniasis vagina tidaklah semudah hubungan langsung antara kerentanan organisme terhadap metronidazol dengan dosis obat, tetapi mungkin tergantung pada iteraksi kompleks beberapa faktor yang meliputi: kerentanan obat terhadap trichomonas, kadar obat setempat, potensial redoks intravagina (yang mungkin mengatur jumlah obat yang diambil oleh parasit) dan mikroflora vagina yang menyertainya (yang mungkin mengurangi jumlah obat se-tempat). Metronidazol masih tetapi sebagai obat pilihan untuk trikomoniasis pada wanita dan pria. Tidak ada pengobatan alternatif yang efektif selain metronidazol.
Metronidazol bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA pada Trichomonas vaginalis dan menyebabkan degradasi DNAyang berakibat putusnya untaian DNA dan tidak stabilnya helix, dengan cara mereduksi ferredixin-depleted extract pada Trichomonas vaginalis melalui pyrovat ferredoxin oxidoreductase dan diduga hasil reduksi ini yang bertanggung jawab pada kematian sel. Metronidazol hampir sempurna diserap melalui usus, berpenetrasi dengan baik kedalam jaringan dan cairan tubuh (vagina, semen, saliva dan ASI) serta diekskresi sebagian besar melalui urin.

Hubungan antara sensitifitas Trichomonas vaginalis in vitro dengan respon klinis terhadap kemoterapi mungkin lebih ditentukan oleh kadar yang dicapai pada jaringan dinding vagina daripada kadar dalam duh tubuh vagina, karena metronidazol hanya sedikit terdapat di dalam duh tubuh vagina. Infeksi pada neonatus biasanya akan hilang secara spontan dalam beberapa minggu. Jika gejala menetap hingga 4 minggu setelah lahir, maka bayi harus diberi metronidazol dengan dosis 5 mg/kgBB, 3 kali sehari selama 5 hari peroral. Kegagalan pengobatan infeksi Trichomonas vaginalis oleh karena dosis yang tidak sama, kelainan penyerapan obat pada usus atau adanya inaktivasi oleh flora vagina, dan terjadinya reinfeksi.
II.12  PERAN KELUARGA DALAM USAHA PECEGAHAN PENYAKIT
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi aterkena penyakit amenular seksual bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak di obati dengan benar enyakit ini dapat berakibat seris bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebuataan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.