Minggu, 07 November 2010

BERUANG MADU

Nama Indonesia          : Beruang Madu
Nama Ilmiah               : Helarctos malayanus
Nama Inggris              : “Malayan Sun Bear” atau “Sun Bear”


1.      SIFAT-SIFAT FISIK DAN INDRA:
Beruang madu merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang ada di dunia. Berat badannya berkisar antara 30 sampai dengan 65 kilogram, namun data dari alam sangat terbatas. Beruang madu yang ada di Pulau Borneo merupakan yang paling kecil dan kemungkinan dapat digolongkan sebagai sub-jenis (sub-species) dengan nama H.malayanus eurispylus.
Beruang memiliki ekor kecil, indra penciuman dan pendengaran yang ulung, lima kuku per telapak tangan yang tak dapat ditarik masuk, serta bulu yang panjang, lebat dan kasar. Mereka memiliki cakar yang lebar, moncong yang panjang, dan telinga bundar. Giginya digunakan untuk bertahan dan alat dan tergantung pada makanannya. Kuku-kukunya digunakan untuk menyobek, menggali, dan menangkap. Pengelihatan beruang hampir sama dengan pengelihatan manusia. Beruang hitam dan sejenisnya, tidak buta warna , yang memungkinkan mereka membedakan.
Tergantung pada spesiesnya, beruang dapat memiliki 32 hingga 42 gigi. Gigi beruang tidak dikhususkan untuk membunuh mangsa mereka.Gigi taring beruang relatif kecil dan umumnya digunakan untuk pertahanan diri atau alat. Gigi geraham beruang lebar, datar dan digunakan untuk memotong dan menggiling tumbuhan menjadi potongan lebih kecil yang dapat dicerna.
Beruang memiliki empat cakar. Setiap cakar dilengkapi lima kuku yang tajam dan panjang. Kuku tersebut dapat digunakan untuk memanjat pohon, menyobek sarang rayap dan sarang lebah, menggali akar, atau menangkap mangsa, tergantung pada spesiesnya. jangan meremehkan beruang, dapat berlari mencapai kecepatan 50 km/jam (30 mph). Beruang juga dapat bergerak dengan fleksibel dan lincah.
Bulu beruang panjang dan kasar. Warna bulu bervariasi tergantung pada spesiesnya. Ada yang berwarna putih, blonde atau krem, hitam dan putih, sampai hitam semua atau coklat semua. Warna bulu beruang juga bervariasi walaupun mereka satu spesies. Sebagai contoh, Beruang Amerika hitam mungkin saja berbulu hitam, coklat, coklat kemerahan, atau hitam kebiruan. Beberapa spesies, seperti sun bear dan spectacled bear memiliki dada yang berwarna cerah dengan facial markings.
Pada semua spesies beruang, jantan lebih besar daripada betina. Perbedaan antar jenis kelamin ini, semakin besar pada spesies yang lebih besar. Beruang kutub jantan berbobot dua kali lebih besar daripada betinanya, sedangkan jantan spesies beruang yang lebih kecil berbobot hampir sama dengan betinanya. Beruang dapat hidup sekitar 25 tahun hingga 40 tahun. Beruang yang hidup di hutan, lebih cepat mati daripada mereka yang hidup di kebun binatang.

2.      PERSEBARAN:
Tidak banyak catatan mengenai persebaran jenis ini, baik secara historis maupun saat ini. Namun demikian jenis ini telah dilihat diseluruh Asia Tenggara dari ujung timur Hindia dan bagian utara Birma sampai ke Laos, Kamboja, Vietnam dan Thailand sampai ke selatan di Malaysia, dan Pulau Sumatra dan Borneo. Ada catatan historis yang menunjukkan bahwa beruang madu dulu terdapat di Tibet, Bangladesh, dan beberapa wilayah di Hindia dan Cina dan di Pulau Jawa. Namun demikian, persebaran beruang madu telah sangat mengecil sejak jaman dulu dikarenakan kehilangan habitat dan perburuan. Beruang madu telah dianggap punah di Tibet, kemungkinan punah di Hindia bagian timur (namun perlu dipastikan) dan Bangladesh. Kemungkinan besar bahwa di Cina bagian selatan sisa populasi tinggal sedikit ataupun sudah punah. 

3.      HABITAT:
Hutan hujan tropis merupakan habitat utama beruang madu. Kayu hutan tersebut dinilai tinggi oleh manusia, dan sedang dikonversikan dengan cepat ke hutan sekunder, perkebunan, pertanian, peternakan dan pemukiman. Malaysia dan Indonesia merupakan pengekspor kayu keras tropis terbesar di dunia dan kebanyakan ekspor tersebut berasal dari habitat beruang madu sehingga habitatnya berkurang. Walaupun dampak spesifik terhadap persebaran, kepadatan dan jumlah populasi dan kesediaan makanan belum diketahui dengan pasti namun sudah dapat dipastikan bahwa dampaknya negatif. Kegiatan manusia yang diuraikan di atas menggantikan hutan dataran rendah yang asli dengan hamparan lahan yang tidak dapat dimanfaatkan beruang madu. Habitat yang dibutuhkan beruang menghilang termasuk tumbuhan, serangga dan makanan lain yang dibutuhkan beruang. Oleh karena makanan aslinya sudah tidak ada, terkadang beruang madu memakan tanaman pertanian, terutama umbut kelapa, sehingga tanaman tersebut mati.
Beruang-beruang tersebut diburu dan sering dibunuh. Beruang hidup juga hidup di habitat yang bervariasi, dari lingkungan tropik hingga Artik, dari hutan ke lingkungan bersalju. Umumnya mereka omnivora, walaupun beberapa memiliki makanan yang khusus, seperti beruang kutub. Mereka memakan lumur, akar, kacang dan beri. Mereka juga terkadang pergi ke sungai untuk menangkap ikan. Beruang umumnya pergi jauh untuk mencari makanan. Waktu berburu biasanya ketika senja atau pagi buta kecuali ketika manusia ada di sekitar.

4.      MAKANAN, POLA MAKAN, PERILAKU DAN PERAN DALAM HUTAN:
Beruang madu merupakan “omnivore” berartikan memakan banyak jenis makanan. Makanan utamanya adalah serangga (terutama rayap, semut, larva kumbang dan kecoak hutan). Yang kedua adalah banyak jenis buah-buahan, apabila tersedia. Kalau beruang bisa dapat mereka sangat suka dengan madu, terutama dari jenis kelulut (stingless bees). Terkadang memakan bunga tertentu. Rumput dan daun hampir tidak pernah dimakan. Di pinggiran hutan beruang terkadang memakan umbut jenis-jenis palem, dan kemungkinan terkadang memakan jenis mamalia kecil dan burung. Kukunya yang panjang, tajam dan melengkung memudahkan beruang madu untuk menggali tanah, membongkar kayu jabuk, dan rahangnya yang sangat kuat membuat beruang sanggup membongkar kulit kayu guna mencari serangga dan madu. Dengan lidah panjangnya mereka mengambil makanan yang lobanglobang yang dalam. Dalam satu hari seekor beruang madu berjalan rata-rata 8 km untuk mencari makanannya.
Apabila beruang madu memakan buah, biji ditelan utuh, sehingga tidak rusak. Setelah buang air besar, biji yang ada di dalam kotoran mulai tumbuh sehingga beruang madu mempunyai peran yang sangat penting sebagai penyebar tumbuhan buah berbiji besar seperti cempedak, durian, lahung, kerantungan dan banyak jenis lain. Perilaku mencari makan yang lain seperti pembongkaran sarang rayap di tanah, kayu jabuk dan batang pohon hidup untuk mendapatkan madu, bermanfaat bagi jenis satwa yang lain pula. Banyak burung yang ikut memakan serangga apabila beruang sudah membongkar sarang atau kayu jabuk dan pembongkaran kayu menyediakan lobang di batang pohon yang sering dimanfaatkan satwa lain untuk berlindung ataupun berkembang-biak. Perilaku menggali dan membongkar juga bermanfaat untuk mempercepat proses penguraian dan daur ulang yang sangat penting untuk hutan hujan tropis.

5.      SISTEM SOSIAL DAN SIFAT:
Keterangan yang ada tentang sistem sosial beruang madu yang liar masih sangat terbatas dan berasal dari observasi kebetulan serta implikasi dari bentuk badannya. Beruang madu diduga satwa yang bersifat soliter sama halnya dengan jenis beruang lain. Beruang madu dianggap pemalu yang biasanya berusaha menghindari berhadapan dengan manusia (dibantu penciuman yang tajam) bahkan beruang lain. Mereka dapat berjalan sangat diam sehingga gerakannya tidak kedengaran. Beruang madu mempunyai tubuh dan stamina yang kuat dan sifat “pantang mundur” apabila dalam keadaan terancam atau terkaget seperti halnya apabila terjerat. Maka timbul persepsi di masyarakat bahwa beruang madu merupakan binatang “buas”, padahal di alam dia akan selalu berusaha menghindari konflik kecuali terancam atau terganggu. Observasi beruang
di alam menunjukan bahwa beruang adalah satwa yang cerdas, lincah dan mengajubkan.
Yang paling sering ditemui di hutan adalah betina dengan anaknya. Hampir semua laporan tentang kelompok beruang menyangkut kelompok betina dan anaknya. Ada beberapa laporan bahwa beruang madu dapat mengumpul dekat pohon buah dimana buah sedang melimpah. Hampir setiap jam dari fajar sampai petang dimanfaatkan untuk mencari makanan baik di tanah maupun di atas pohon, terkecuali satu atau dua jam istirahat siang apabila panas. Pada umumnya beruang madu tidur pada malam hari di atas atau di dalam batang kayu roboh, atau terkadang di sarang yang di buat di atas pohon. Jenis beruang ini tidak memerlukan “tidur panjang pada musim dingin” atau hibernasi dikarenakan makanannya tersedia sepanjang tahun di habitat tropisnya. Penilitian jangka panjang pertama di dunia terhadap beruang madu di alam yang dilakukan di Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa rata-rata seekor beruang betina memerlukan wilayah jelajah tidak kurang dari 500 Ha untuk hidup dalam setahun. Sedangkan diperkirakan bahwa beruang madu jantan memerlukan wilayah jelajah sekitar 1,500 Ha per tahun.

6.      REPRODUKSI:
Pengetahuan mengenai perkembang-biakan beruang madu dan pengasuhan anak di alam sangat terbatas. Biasanya hanya satu anak yang mendampingi betina. Kembar jarang terlihat. Beruang madu betina hanya memiliki 4 puting susu dibandingkan jenis beruang lain yang biasanya melahirkan beberapa anak dan mempunyai enam puting susu. Rupanya beruang madu tidak mempunyai musim kawin tertentu, mungkin karena musim buah dan ketersediaan makanan di alam sangat bervariasi. Ada kemungkinan bahwa beruang madu, sama dengan jenis beruang lain, mempunyai sistem alami untuk “menunda” perkembangan telur (delayed implantation) sehingga dapat memastikan bahwa anak akan lahir pada waktu induknya cukup gemuk, cuacanya baik dan ketersediaan makanan cukup.
Namun hal ini belum diketahui dengan pasti. Beruang madu melahirkan di dalam batang kayu yang bolong atau gua kecil dimana anak beruang dilindungi sehingga cukup besar untuk mengikuti induknya dalam aktivitas sehari-hari. Informasi dari Kebun Binatang menunjukkan bahwa perkembang-biakan beruang madu yang dipelihara sangat sulit dan saat ini justru dihindari karena populasi di alam sudah terancam kehilangan habitat sehingga usaha konservasi yang lebih diperlukan adalah pelestarian habitat ketimbang penambahan populasi yang dipelihara.

7.      ANCAMAN DAN STATUS KONSERVASI:
Di hutan alam Kalimantan dan Sumatra beruang madu yang dewasa dan sehat hampir tidak dimangsa satwa lain, namun terdapat satu kasus dimana seekor betina tua dan kecil dimakan ular sanca (Python reticulatus) yang berukuran panjang 7m. Dapat diduga bahwa beruang madu yang kecil atau sakit dapat dimangsa macam dahan dan ular. Walaupun beruang madu dewasa hampir tidak mempunyai musuh di alam (di Kalimantan), Persatuan Konservasi Dunia (IUCN) baru (April 2004) mengubah klasifikasi status konservasi beruang madu dari “tidak diketahui karena kurang data” (Data deficient) ke “terancam” (Vulnerable). Klasifikasi tersebut berartikan beruang madu terancam punah terutama karena habitatnya berkurang terus-menerus. Di Indonesia beruang madu dilindungi UU sejak 1973 (SK Mentan) diperkuat dengan Peraturan Pemerintah no.8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Faktor yang mengakibatkan berkurangnya populasi beruang madu termasuk: pengrusakan dan fragmentasi hutan alam akibat ulah manusia; kebakaran hutan yang merusak habitatnya; perburuan beruang madu untuk penggunaan bagian badannya untuk obat tradisional, penangkapan untuk dijadikan satwa peliharaan; dan pembunuhan beruang akibat peningkatan konflik antara beruang dengan manusia di pinggir hutan. Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini mulai dilakukan penelitian mengenai biologi, ekologi dan perilaku di alam. Pelestarian beruang madu harus difokuskan pada pelestarian serta pengelolaan habitatnya, penegakan status hukum beruang madu (dilindungi di Indonesia – lihat di atas), pengurangan konflik antar manusia dan beruang di sekitar kawasan hutan, serta penghentian perdagangan beruang dan bagian tubuhnya.


8.     Hibernasi
Hibernasi adalah kondisi ketakaktifan dan penurunan metabolisme pada hewan yang ditandai dengan suhu tubuh yang lebih rendah, pernafasan yang lebih perlahan, serta kecepatan metabolisme yang lebih rendah. Hewan yang melakukan hibernasi berusaha menghemat energi, terutama selama musim dingin sewaktu terjadi kelangkaan makanan, membakar cadangan energi, lemak tubuh, dengan perlahan. Hibernasi dapat terjadi selama beberapa hari atau minggu, tergantung dari spesies, suhu sekitar, dan waktu. Atau Hibernasi juga dapat diartikan suatu keadaan menyerupai tidur yang dialami sejumlah hewan di musim dingin. Suhu tubuh menurun dan detak jantung melambat, sehingga memungkinkan hewan tersebut memanfaatkan lemat yang tersimpan di dalam tubuhnya selama rentang waktu yang lebih lama

9.      SISTEM YANG MELINDUNGI TULANG BERUANG HIBERNASI TELAH TERUNGKAP
Sebuah penelitian tentang beruang hitam telah menyingkap keberadaan sebuah sistem yang melindungi tulang-tulang hewan ini selama bulan-bulan panjang hibernasinya. Pada saat yang sama, penelitian ini menjadi sumber gagasan bagi cara-cara pengobatan baru bagi orang-orang yang menderita kerusakan sel tulang dengan cepat selama tubuhnya tidak aktif bergerak.
            Para ilmuwan yang dipimpin oleh Seth Donahue dari Michigan Technology University di Houghton mengamati pertumbuhan tulang pada spesies Ursus americanus yang tidak mengalami kerusakan tulang selama hibernasi yang berlangsung antara lima sampai tujuh bulan.
 (1) Para peneliti memusatkan pengamatan pada ekspresi lima gen yang berhubungan dengan metabolisme tulang beruang-beruang tersebut. 
Donahue dan rekan-rekannya mengungkap bahwa produksi sel tulang tetap rendah dan bahkan dapat mencapai puncaknya ketika beruang-beruang tersebut aktif kembali.  Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa beruang-beruang itu tidak menunjukkan pelemahan atau pengecilan tulang akibat usia.
Para peneliti menemukan bahwa kalsium, yang terdapat dalam tubuh beruang dan yang merupakan unsur utama penyusun tulang, mengalami sebuah daur yang paling efisien, yang dengannya tulang-tulang tersebut terlindungi.  Tujuan berikutnya dari Donahue dan timnya adalah mengembangkan cara-cara baru perawatan tulang bagi manusia dengan membandingkan struktur hormon-hormon yang berhubungan dengan produksi sel tulang pada manusia dan beruang.

Sistem luar biasa efisien yang teramati pada beruang-beruang yang berhibernasi bukanlah yang pertama.  Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan majalah Nature pada tahun 2001, pengamatan pada beruang-beruang dari spesies yang sama menunjukkan bahwa beruang mengalami kerusakan sel otot yang lebih kecil selama hibernasi dibandingkan dengan makhluk lainnya.
(2) Para peneliti yang mempelajari beruang selama lebih dari empat tahun menghitung bahwa pada akhir hibernasi mereka selama lima bulan, beruang-beruang tersebut hanya kehilangan 23% dari kekuatan otot mereka, dan antara 10% dan 15% dari protein mereka.  Sebaliknya, manusia yang menghabiskan waktu yang sama di tempat tidur akan kehilangan 85% kekuatan otot dan 90% protein mereka.
Sistem tanpa cacat pada beruang ini juga memunculkan sejumlah pertanyaan penting yang perlu dijawab.  Seekor beruang memiliki berat ratusan kilogram.  Tulang-tulang dalam tubuh seekor beruang yang tidak bergerak selama berbulan-bulan tetap menahan beban yang sangat berat, dan, tambahan lagi, berat yang lebih besar lagi dibebankan pada otot-otot, yang terdiri dari jaringan-jaringan yang lebih lembut daripada jaringan tulang, pada bagian badan yang bersentuhan dengan tanah.

Dari sudut pandang ini, pasien yang harus tetap berada di tempat tidur rumah sakit membutuhkan perawatan yang sangat besar.  Para perawat membalikkan badan mereka di siang hari, agar berat badan mereka terdistribusi pada berbagai bagian dan karenanya mencegah terjadinya rasa sakit.  Fenomena di mana manusia tidak dapat diam tanpa bergerak sehari pun, sementara seekor beruang, dengan berat yang berkali lipat, dapat tidur selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan tanpa makan sama sekali dan tidak menderita kerusakan tulang atau otot di akhir rentang waktu tersebut adalah benar-benar menakjubkan. 
Perawatan terhadap orang-orang lumpuh yang diberikan para perawat dan dokter disediakan secara otomatis oleh sistem dalam tubuh beruang.  Sel-sel tulang menunjukkan penggunaan kalsium yang efisien, dan metabolisme beruang mempertahankan kehilangan otot agar selalu berada pada tingkat yang cukup rendah. 
Kerusakan otot tidaklah terhindarkan pada orang-orang yang kelaparan, dan dapat berakibat mematikan.  Perut anak-anak kelaparan yang membuncit adalah akibat dari otot yang dihancurkan di dalam tubuh mereka yang tidak lagi berlemak, dan penimbunan air yang terjadi menyusul proses ini.  Namun, penimbunan semacam itu tidak terjadi di dalam tubuh beruang, dan beruang terkecualikan dari keadaan ini, yang jika sebaliknya akan berakibat kematian.
            Namun demikian, bagaimana caranya sel-sel tulang dan otot beruang dapat menunjukkan pengaturan sedemikian rumit?  Bagaimana sel-sel ini, yang tidak memiliki kemampuan berpikir sama sekali, dapat mengatur keluar-masuknya kalsium dari dan ke dalam membran-membrannya dengan cara yang sedemikian sadar?  Bagaimana beruang-beruang itu tidak menderita kerusakan otot sebagaimana yang teramati pada manusia yang kelaparan, meskipun mereka tidak makan selama berbulan-bulan?

Sudah pasti, kecerdasan yang terlihat pada sel-sel tersebut tidaklah berasal dari molekul-molekul pembentuknya.  Atom-atom seperti oksigen, karbon dan nitrogen tidak dapat mengetahui kebutuhan beruang dan membuat perencanaan berdasarkan hal tersebut.  Jika demikian halnya, dapatlah dipahami bahwa kecerdasan pada sel-sel tersebut berasal dari sebuah wujud yang memiliki kecerdasan mahatinggi.  Tidak ada keraguan bahwa Tuhan kitalah, Allah Yang Mahakuasa, Tuhan dari Seluruh Alam, Yang menciptakan beruang dan melengkapinya dengan metabolisme-metabolisme untuk menjaga kesehatannya selama bulan-bulan hibernasi.  Dalam sebuah ayat Al Qur'an Allah berfirman,
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui?  Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?   (QS. Al Mulk, 67:14)